Nomor di pecahan lima puluh ribu

Aku bertemu dengannya melalui sebuah nomor telepon di pecahan lima puluh ribu yang diberikan penjaga mini market malam tadi. Malam tadi memang sungguh absurd. Aku merasa seluruh duniaku sekejap mati. Berlebihan memang. Mungkin karena aku sedang merasa sangat melankolis. Patah hati. Atau apa lah orang menyebutnya. Kamu tau kan perasaan ini? Seperti sakit tapi terasa sangat menusuk di tengah dada. Ya. Tepat di tengah dada.

Jadi, malam tadi aku memutuskan untuk pergi keluar dari rumah. Kupikir dengan begitu rasa sakit ini akan sedikit reda. Kupikir, dengan melihat lampu-lampu menyilaukan dari mobil dan motor yang berseliweran di jalan itu akan sedikit meringankan sakit. Ternyata tidak. Sepanjang jalan, malah sepertinya ada saja yang membuat orang-orang di sekitarku kesal. Padahal aku tidak berbuat apa-apa.

Orang-orang ini memang aneh. Berjalan di pinggir jalan saja menjadi masalah. Sungguh. Aku tidak berbuat apa-apa kecuali berjalan. Di pinggiran.Tapi tetap saja, bergantian pengendara mobil dan motor meneriakkan kata-kata kasar ke arahku. Aku tidak peduli, kupikir. Aku hanya ingin berjalan. Aku merasa tubuhku melemah.Tapi aku tidak ingin berhenti.

Tapi sungguh. Kenapa mereka seperti tidak menyukaiku. Aku ini kenapa sih memangnya? Oh, Tuhan! Aku tidak punya energi untuk membalas makian mereka.

“Woy! Mikir dong!”

“Anjing lo!”

“Emang ini jalanan bapak lo!”

Urgh. Kasar sekali.. Tidak tahu kah mereka kalau saat ini aku sedang merasa sakit? Lagipula apa salahku? Memangnya mereka tidak pernah merasakan sakit di dada seperti ini? Rasanya aku ingin meneriaki mereka satu per satu. Kalau bisa, aku malah ingin berteriak sekencang suara knalpot sember motor mereka. Tapi tidak bisa. Sakit di dada ini sungguh menyiksa.

Dari jauh aku melihat cahaya putih dengan huruf K yang merah menyala. Sebuah mini market. Bagus lah. Aku bisa duduk sejenak. Tubuh ini semakin terasa melayang sekarang. Sakit di dada masih sangat terasa. Aku membeli sebotol alkohol di sana. Oh. Dua. Oh. Tiga. Atau sepertinya empat. Aku tidak ingat. Aku meminum habis semuanya. Aku mengeluarkan semua uang di dompetku, dan penjaga mini market memberikanku selembar uang lima puluh ribu.

Aku duduk cukup lama di mini market itu. Tidak sanggup berdiri. Kini bukan hanya dadaku yang sakit. Tapi seluruh tubuhku terasa berat. Aku Cuma bisa duduk dan memandangi uang lima puluh ribu. Ada nomor telepon di uang itu. Aku mengambil handphone di saku dan menekan tombolnya.

Kini kepalaku terasa sangat berat. Tapi. Tunggu. Sesuatu terasa berbeda. Sakit di dada kini tidak terasa. Segera saja aku mencoba menarik tubuhku dari tempat tidur.  Duduk di pinggirnya dan menutup mata. Lega.

Perlahan aku merasakan cairan hangat di bawah pantat dan paha. Aku menoleh dan mendapati sosok manusia pucat di sebelahku.

Darah di tanganku. Sial. Aku mencoba mengingat.

Sial.

Aku bertemu dengannya melalui sebuah nomor telepon di pecahan lima puluh ribu yang diberikan penjaga mini market malam tadi.

Leave a comment